11.5.21

21-000 Pangeran Ranapati

Melanjutkan cerita yang ditulis oleh sang Maestro, Singgih Hadi Mintardja, sebagai salah satu ekspresi apresiasi atas karya monumental Beliau, API DI BUKIT MENOREH, yang tidak sempat diselesaikan karena Beliau Berpulang ke RahmatuLlah. Cerita berlatar belakang Kerajaan Jawa pada masa lampau, sumurupnya Demak Bintoro, Pusat Pemerintahan berpindah ke Pajang dan Kemudian ke Tlatah Mataram.

Roro  Wulan tersenyum cerah menyambut pagi Kadipaten Gadingrejo, bersama Glagah Putih dan beberapa prajurit sandi Mataram yg bertugas mengamat-amati gerak gerik Pangeran Ranapati, mereka menghadapi perubahan drastis yang membuat tugas mereka semakin rumit.

Pengeran Ranapati, telah terpilih dan diwisuda sebagai Senopati Agung keprajurtan Gadingrejo, memiliki kekuasaan besar, hanya sedikit dibawah sang Adipati sendiri. Pangeran Ranapati kini menghuni sebuah rumah megah di kawasan Istana Kadipaten, kemanapun pergi, terutama saat menjalankan tugas dan fungsi sebagai Senopati Agung, selalu dikawal oleh selusin Prajurit terpilih Ponorogo. Siapapun tidak mudah mendekati Pangeran Ranapati.

Kecerdasan, kecerdikan dan kesabaran Pangeran Ranapati, menjadikan dirinya mampu mengubah perilaku, menyesuaikan keadaan dan kedudukannya kini. Sang Pangeran meninggalkan kesenangan menyimpan Perempuan dalam rumahnya, berlaku sopan, agung dan berwibawa sebagai seorang Senopati Agung Kadipaten Gadingrejo. Kanjeng Adipati Joyorogo, sangat puas dengan kinerja sang Pangeran yg mengaku sebagai saudara tuanya. Tugas apapun yang diberikan senantiasa dilaksanakan dengan sangat memuaskan.

Pangeran Ranapati, berhasil mengendalikan para Saudagar nakal yang bermaksud membangun monopoli berbagai mata dagangan. Memperkuat dan menambah jumlah Prajurit Gadingrejo, menegakkan disiplin seluruh Prajurit dan Pimpinannya. Meningkatkan kemampuan para prajurit dengan latihan keras dan berat. 

Satu unit Pasukan Khusus dibentuk oleh Pangeran Ranapati, dinamakan Neggolo Seto, terdiri dari Prajurit-prajurit terbaik dari berbagai kesatuan, digabung dengan anak-anak muda yang berduyun-duyun mendaftarkan diri, anak-anak muda berasal dari berbagai Perguruan yg berserak di seluruh wilayah Ponorogo. Mereka dipilih secara ketat, dan diutamakan anak-anak muda kelahiran Ponorogo sehingga memiliki fanatisme kuat kepada tanah kelahiran.

Adipati Joyorogo sesungguhnya agak meragukan pengakuan Pangeran Ranapati sebagai lembu petheng Panembahan Senopati. Akan tetapi, karena Pangeran Ranapati tidak pernah lagi memembicarakan keadaan dirinya, dan sang Pangeran menunjukkan kesetiaan tinggi serta kinerja yang baik, Kanjeng Adipati Gadingrejo tidak pula terlalu memikirkannya. Keberadaan Pangeran Ranapati, sangat memudahkan dan meringankan tugas Kanjeng Adipati sebagai Pengayom Masyarakat Gadingrejo.

Pada masa itu, wilayah Ponorogo terbagi menjadi dua bagian, Daerah Gadingrejo dan Pramanaraga, berada di lereng gunung wilis. Gadingrejo adalah wilayah subur dengan banyak wilayah dataran sehingga Gadingrejo kawentar sebagai daerah Pertanian nan makmur. 

Panembahan Hanyakrawati di pusat pemerintahan Mataram, menghadiahkan Tanah Kalenggahan Gadingrejo kepada adiknya, hal ini menjadi bagian dari perjanjian Damai antara Ponorogo dengan Mataram pada saat Panembahan Senopati masih hidup.

Tumenggung Ronggowicitro II, sebagai pewaris Ronggowicitro I, penguasa ponorogo menyetujui dan mengakui Gadingrejo sebagai Tanah Kelenggahan keluarga Kraton Mataram. Atas restu dan persetujuan Panembahan Hanyakrawati, Joyorogo diwisuda sebagai Adipati berkedudukan di Gadingrejo.

Kesuburan tanah dan kecakapan Kanjeng Adipati dalam menata pemerintahan, dibantu oleh tenaga muda yg bersemangat, Pangeran Ranapati. Dalam waktu singkat Gadingrejo menjadi wilayah yg gemah ripah lohjinawi, Adipati Joyorogo menjadi sangat kaya.

Hubungan Pramanaraga dengan Gadingrejo dibina sangat baik oleh kedua Adipati, mereka bersahabat dan saling bahu membahu memajukan daerah Ponorogo. Tumenggung Ranggowicitro II, sudah menjelang sepuh, sangat sabar dan banyak mengalah, cinta damai dan lebih banyak menekuni spiritual.

Pangeran Ranapati sangat sering diutus mewakili Kanjeng Adipati Joyorogo, dalam berbagai keperluan, sehingga Ranapati memiliki hubungan sangat luas dengan pemuka masyarakat dan bangsawan di wilayah Brang Wetan. Pangeran Ranapati secara rahasia memiliki rencana tersendiri, memiliki gegayuhan tersendiri. Pasukan Khusus Nenggolo Seto, secara khusus dibina agar setia hanya kepada Pangeran Ranapati, Nenggolo Seto dipimpin seorang anak muda bernama Gagak Wulung, putra Ki Ajar Burangrang, seorang linuwih yang bertapa di puncak gunung wilis.